ODHA butuh obat ARV seumur hidup.
Aktivis Indonesia AIDS Coalition meminta dokter di Indonesia untuk tidak lagi meresepkan obat antiretroviral jenis Stavudine karena memiliki kadar racun yang tinggi.
Aditya Wardhana dari AIDS Coalition mengatakan bahwa Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat bergantung dengan obat ARV untuk kelangsungan hidupnya.
"Namun ada salah satu jenis ARV yaitu d4t atau biasa dikenal Stavudine mempunyai kadar beracun yang tinggi sehingga berbahaya digunakan dalam waktu lebih dari 6 bulan. Sementara ODHA diharuskan meminum ARV ini seumur hidupnya," ujar Aditya.
Aditya mengatakan World Health Organization telah menyerukan agar obat jenis ini ditarik dari peredaran.
Kementerian Kesehatan Indonesia pada 2011 sudah mengeluarkan panduan ARV baru yang mendorong ARV jenis ini tidak digunakan kembali karena kadar racunnya.
"Keuntungan dari d4T adalah tidak membutuhkan data laboratorium awal untuk memulai serta harganya yang relatif sangat terjangkau dibandingkan dengan NRTI yang lain seperti Zidovudin (terapi ARV), Tenofovir (TDF) maupun Abacavir (ABC). Hasil studi penggunaan d4T, mempunyai efek samping permanen yang menyebabkan cacat serta laktat asidosis yang menyebabkan kematian," ujar Aditya.
Meskipun Kemenkes telah menyerukan penghentian peresepan Stavudine, namun kurangnya sosialisasi menyebabkan masih banyak ODHA yang tidak mengetahui bahwa dt4 sangat beracun.
"Saya khawatir sosialisasi dari Kemenkes kurang sehingga dokter di daerah tidak tahu ARV jenis ini beracun," ujar Aditya menambahkan semakin lama jangka waktu penggunaan dt4 maka semakin besar pula risiko efek sampingnya.
Secara nasional telah dilakukan penarikan obat dt4 secara bertahap dan tidak lagi dilakukan pemesanan baru, namun Indonesia AIDS Coalition masih banyak mendapat laporan obat ini masih sering dilaporkan.
Aktivis Indonesia AIDS Coalition meminta dokter di Indonesia untuk tidak lagi meresepkan obat antiretroviral jenis Stavudine karena memiliki kadar racun yang tinggi.
Aditya Wardhana dari AIDS Coalition mengatakan bahwa Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat bergantung dengan obat ARV untuk kelangsungan hidupnya.
"Namun ada salah satu jenis ARV yaitu d4t atau biasa dikenal Stavudine mempunyai kadar beracun yang tinggi sehingga berbahaya digunakan dalam waktu lebih dari 6 bulan. Sementara ODHA diharuskan meminum ARV ini seumur hidupnya," ujar Aditya.
Aditya mengatakan World Health Organization telah menyerukan agar obat jenis ini ditarik dari peredaran.
Kementerian Kesehatan Indonesia pada 2011 sudah mengeluarkan panduan ARV baru yang mendorong ARV jenis ini tidak digunakan kembali karena kadar racunnya.
"Keuntungan dari d4T adalah tidak membutuhkan data laboratorium awal untuk memulai serta harganya yang relatif sangat terjangkau dibandingkan dengan NRTI yang lain seperti Zidovudin (terapi ARV), Tenofovir (TDF) maupun Abacavir (ABC). Hasil studi penggunaan d4T, mempunyai efek samping permanen yang menyebabkan cacat serta laktat asidosis yang menyebabkan kematian," ujar Aditya.
Meskipun Kemenkes telah menyerukan penghentian peresepan Stavudine, namun kurangnya sosialisasi menyebabkan masih banyak ODHA yang tidak mengetahui bahwa dt4 sangat beracun.
"Saya khawatir sosialisasi dari Kemenkes kurang sehingga dokter di daerah tidak tahu ARV jenis ini beracun," ujar Aditya menambahkan semakin lama jangka waktu penggunaan dt4 maka semakin besar pula risiko efek sampingnya.
Secara nasional telah dilakukan penarikan obat dt4 secara bertahap dan tidak lagi dilakukan pemesanan baru, namun Indonesia AIDS Coalition masih banyak mendapat laporan obat ini masih sering dilaporkan.
No comments:
Post a Comment